Selasa, 27 Maret 2018

Puisi

Kenangan Kita


Bagaimana perasaanmu saat kau bersamaku?
Apakah kau merasa jantungmu berdebar-debar?
Saat aku bersamamu, pandanganku tak beralih darimu
Senyum itu, menghantui pikiranku

Awalnya..
Ketika kau menatapku, ada getaran aneh yang kurasa
Aku terpaku pada tatapanmu, seolah waktu berpusat diantara kita
Apakah ini cinta?
Kau yang membuat hatiku berdegup kencang

Kupikir ini hanyalah ketertarikan sesaat
Setiap gerakan kecil yang kau buat
Membawaku ke dunia yang baru
Aku ingin terus berada disampingmu

Bersamamu, aku melihat
Bersamamu, aku mendengar
Bersamamu, aku bernafas
Semuanya, membuatku sangat bahagia

Ingatlah kita pernah melakukan hal kecil bersama
Walaupun kita tak lagi bersama, walau ini hanyalah semu
Semuanya masih kuingat
Semua cerita, semua kisah, kenangan kita tak akan berubah

Sebelum aku mengenalmu
Apakah langit seindah ini?
Semuanya seperti mimpi dimusim panas
Kenangan kita..

Resensi Novel Pop

Resensi Novel yang Berjudul "Alma (Jejak yang Terserak dalam Buku)


Judul Buku : Alma (Jejak yang Terserak dalam Buku)
Pengarang : Lita Asghira
Penerbit : DAR! Mizan
Tahun Terbit : 2014 (cet. 1)
Kota Terbit : Bandung
Tebal buku : 168 halaman
ISBN : 978-602-242-541-0


Sinopsis :

 "Seorang Gadis yang berpetualang di dalam Buku Dongeng"


          Penulis novel Alma (Jejak yang Terserak dalam Buku) bernama Lita Asghira Prasetyo. Biasanya dipanggil Lita. Ia lahir di Palu, 25 Maret 1999. Bersekolah di SMA Al-Azhar Palu. Dia anak kedua dari 3 bersaudara, lahir dari pasangan Bapak Singgih B. Prasetyo dan Ibu Sherly Wuanya. Seri Pink Berry Club sengaja dibuat untuk menampung ide-ide para remaja, ajang curhat, cerita sekolah, dan khayalan-khayalan yang fantastis.

          ‎Novel Alma (Jejak yang Terserak dalam Buku) ini menceritakan seorang gadis yang bernama Alma dan adiknya yang bernama Sabita masuk ke dalam buku dongeng. Ketika Alma membacakan buku dongeng untuk adiknya, tiba-tiba ia dan adiknya tersedot ke dalam buku dongeng itu dan mereka terhempas di padang rumput yang sangat luas.
          Ketika Alma dan Sabita menelusuri tempat itu, mereka melihat gubuk kecil reyot dari kejauhan. Ketika mereka sampai di depan pintu, Alma mengetuk pintu itu dan muncul lah seorang gadis bernama Alissa. Alma dan Sabita tersentak kaget. Mereka tidak percaya yang ada di depan mereka sekarang adalah tokoh utama dari dongeng yang mereka baca. Akhirnya Alissa menyuruh mereka masuk ke dalam rumahnya. Saat Alissa menyuguhkan minuman kepada mereka, Alissa bertanya darimana mereka berasal. Alma dan Sabita pun kebingungan, akhirnya mereka pun berbohong bahwa mereka berasal dari suatu negara. Setelah itu mereka melanjutkan perbincangan tentang Desa Kenangan. Desa yang mereka tinggali. Karena dulunya Desa Kenangan adalah desa yang asri,subur, dan indah desa itu pernah dijajah dan pada saat itulah kedua orangtua Alissa menghilang entah pergi kemana. Alissa hanya hidup berdua dengan kucing kesayangannya yang bernama Pill. Gubuk tua reyot itu dulunya milik Pak Gevson, beliau sangat baik hati tetapi dua tahun yang lalu Pak Gevson telah meninggal. Agar Alissa dapat bertahan hidup, ia bekerja di peternakan sapi. Alissa bekerja pada hari Rabu, Kamis, dan Sabtu. Di lain hari ia membantu Bu Rheena, dia tinggal bersama anaknya yang bernama Trissa. Suaminya telah meninggal. Karena hari itu hari Selasa, Alissa pun mengajak Alma dan Sabita untuk ke rumah Bu Rheena. Bu Rheena dan Trissa sangat baik, mereka menyambut Alissa, Alma, Sabita, dan Pill begitu baik. Trissa sangat senang begitu banyak teman, Trissa memutuskan teman-temannya untuk menginap dirumahnya. Bu Rheena pun mengizinkan. Di dalam kamar, mereka bertukar cerita. Trissa mengatakan bahwa semua orang yang hilang dulu ada di Bukit Kehidupan. Termasuk orang tua Alissa. Bukit Kehidupan sangat jauh dari tempat tinggalnya. Tapi Alissa bertekad untuk mencari orang tuanya. Pagi hari ia sudah siap untuk berangkat, Alma dan Sabita pun jg ikut membantu.
          Alma, Sabita, Alissa dan Pill memulai perjalanan mereka. Saat langit mulai gelap akan turun hujan, mereka berteduh di pondok kecil dekat rumah petani. Saat berteduh mereka bertemu nenek yang sangat baik, nenek itu menawarkan tempat tinggal untuk semalam agar mereka terlindung dari hujan dan melanjutkan perjalanan besok pagi. Esok paginya mereka pun melanjutkan perjalanan. Mereka menyusuri jalan setapak di sebuah desa yang tidak jauh dari Desa Kenangan. Desa itu bernama Desa Sejahtera. Tiba-tiba Alma tertuju pada anak kecil yang menyendiri, dia bernama Hamie. Pakaiannya sangat kumuh dan kotor. Alma pun memberikan sedikit bekal yang ia punya. Hamie pun memberikan sebuah kompas untuk menuju ke Bukit Kehidupan.
          Saat mereka melanjutkan perjalanan, Sabita mulai lapar. Mereka pun mencari kios makanan dekat situ. Mereka menemukan kios yang pelanggan nya hanya satu karena mereka tidak mau berdesakan dengan orang-orang. Mereka membeli tiga roti dan tiga buah apel. Paman yang menjaga kios pun sangat baik. Paman itu bernama Paman Jack ia bercerita bahwa anaknya hilang saat ada penjajahan. Dan sekarang anaknya ada di Bukit Kehidupan. Alissa pun menawari Paman Jack untuk mencari keluarga mereka bersama-sama di Bukit Kehidupan. Lalu Paman Jack pun bersiap-siap pergi ke Bukit Kehidupan. Dia menutup kiosnya dan mengambil beberapa bahan makanan juga persiapan lainnya.
          Mereka menyusuri jalan setapak di Desa Sejahtera dan akhirnya keluar dari desa. Langit sudah mulai gelap. Mereka menemukan sebuah pondok yang kukuh yang sudah tidak digunakan lagi. Mereka memutuskan menginap di pondok itu untuk semalam. Paginya, mereka melanjutkan perjalanan. Alma tersentak saat melihat hutan yang sangat lebat. Mereka bertemu seorang anak laki-laki seumuran dengan Alma dan Alissa. Namanya Ben, dia juga berniat untuk mencari kakaknya di Bukit Kehidupan. Mereka pun melanjutkan menelusuri hutan lebat itu sambil main tebak-tebakan, bernyanyi, dll. Disaat itu juga mereka bertemu seorang Paman yang juga berniat untuk mencari istrinya di Bukit Kehidupan. Namanya Paman Harry. Ketika hari sudah sore mereka pun memutuskan untuk menginap di hutan.
          Pagi tiba, Alma, Alissa, Sabita, Ben, Paman Jack, Paman Harry, dan Pill bersiap melanjutkan perjalanan. Mereka pun akhirnya keluar dari hutan. Mereka sampai di sebuah sungai yang bernama Peace River. Sungai yang damai. Mereka pun istirahat sejenak sambil bermain air di sungai itu. Ketika sudah selesai, mereka pun melanjutkan perjalanan. Mereka ditawari tumpangan delman oleh seorang kakek dan berhenti di sebuah rumah kecil. Mereka pun melanjutkan perjalanan lagi dengan berjalan kaki, mereka menemukan sebuah desa yang sudah ditinggalkan. Tidak ada satu orang pun tinggal disana. Tanpa disangka, seseorang muncul dari sebuah rumah. Dia menunjukkan jalan ke Bukit Kehidupan karena desa itu terdapat banyak lorong seperti labirin. Tetapi orang itu semakin mencurigakan, awalnya dia memberitahukan jalan, tiba-tiba orang itu menghilang. Mereka pun tersesat di lorong yang sangat gelap. Untungnya Alma mempunyai kompas yang diberikan oleh Hamie. Dengan bantuan kompas itu, mereka pun tertolong dan keluar dari lorong itu.
          Mereka terus berjalan hingga sampai ke sebuah jurang yang sangat curam. Jalan yang mereka lalui sangatlah sempit. Mereka harus merayap di tebing agar tidak jatuh di dalam jurang. Mereka harus beristirahat didalam gua yang ada di tebing itu karena sebentar lagi akan turun hujan dan mengakibatkan jalanan curam itu licin. Ketika hujan berhenti, hari sudah gelap. Tetapi mereka tetap melanjutkan perjalanan. Mereka sampai di sebuah Desa Kakao. Dan mereka diizinkan menginap di rumah kepala desa asalkan mau membantu memanen kakao untuk besok. Setelah selesai, mereka melanjutkan perjalanan. Melewati lembah, gunung, sungai, dll. Dan mereka beristirahat di pondok rumah dekat pantai.
          Keesokan hari nya mereka berjalan melewati desa gerabah, banyak sekali hasil pembuatan dari tanah liat itu, seperti guci. Untuk semalam, mereka menginap di rumah kepala desa gerabah dan membantu membuat kerajinan dari tanah liat. Mereka pun melanjutkan perjalanan lagi, kali ini mereka sampai di desa luwak. Banyak sekali hewan luwak disana, dan kotorannya pun dijadikan kopi. Mereka semua belajar membuat kopi luwak oleh kepala desanya. Mereka pun melanjutkan perjalanan. Kali ini Bukit Kehidupan sudah dekat, Alissa bertanya ibu nya tinggal dimana dan mereka pun akhirnya bertemu. Alissa menemukan orang tuanya, Paman Jack menemui anaknya, Paman Harry menemui istrinya, dan Ben menemui kakak tercintanya. Alma kebingungan bagaimana caranya ia pulang, ia membaca dongeng lagi. Alissa memberikan sebuah kalung cantik dari rangkaian bunga-bunga. Alissa dan Alma berpelukan. Tiba-tiba bunda membangunkan Alma untuk sholat Ashar, ternyata itu hanya mimpi. Tetapi kalung yang persis diberikan oleh Alissa ada di kasurnya. Esoknya di kelas Alma kedatangan murid baru bernama Alinda. Alma menjadikan Alinda sahabatnya. Alinda pun persis seperti Alissa.




Kelebihan :


1. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang digunakan sehari-hari atau bahasa gaul.
2. Cerita novel ini mengajarkan artinya persahabatan dan keluarga.
3. Terdapat bonus cerita dibagian belakang novel.


Kekurangan :


1. Covernya kurang menarik.

2. Ada beberapa kata yang kurang dipahami.


Penilaian :


Novel ini menceritakan tentang seorang gadis bersama adiknya yang masuk kedalam buku dongeng yang mereka baca, didalam novel itu mereka berpetualang untuk menemukan keluarga yang hilang. Novel ini mengajarkan kita pentingnya arti keluarga dan persahabatan. Novel ini cocok dikonsumsi untuk remaja.

Minggu, 18 Maret 2018

Resensi Novel Klasik

Resensi Novel Klasik yang Berjudul “Sengsara Membawa Nikmat”


Judul Buku   : Sengsara Membawa Nikmat
Pengarang    : Tulis Sutan Sati
Penerbit        : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 2001
Kota Terbit   : Jakarta
Tebal Buku   : 192 Halaman
ISBN            : 979-407-360-1

Sinopsis :
               Tulis Sutan Sati lahir pada tahun 1898 di Bukittinggi dan meninggal pada zaman Jepang. Beliau adalah penyair dan sastrawan Indonesia Angkatan Balai Pustaka. Karya-karyanya terdiri atas asli dan saduran, baik roman maupun syair.

Novel Sengsara Membawa Nikmat ini menceritakan dua orang pemuda yang bermusuhan karena sifat iri dan dengki. Kacak, ialah kemenakan Tuan Laras yang mempunyai sifat sombong dan congkak. Ia sangat dibenci orang, berbanding terbalik dengan Midun, musuh bebuyutannya. Midun mempunyai sifat yang baik hati, murah senyum, badannya bagus, kuat, dan sehat. Midun sangat disukai oleh orang-orang, ia pun mengajar ngaji dan pandai bersilat.

Suatu sore, di pasar sedang mengadakan sepak raga. Maun, sahabat Midun mengajak untuk ke tempat itu. Awalnya Midun tidak mau karena Kacak akan hadir diacara itu. Ia sangat tidak nyaman dengan tatapan tajam dan dengki Kacak yang ditunjukkan kepada dirinya pada saat acara Maulid Nabi. Tetapi karena Maun memaksa, akhirnya Midun menyutujui ajakannya. Dipasar itu sudah sangat ramai, warga dari penjuru lain pun ikut menonton sepak raga itu, saat Kacak datang permainan pun dimulai. Awalnya mereka bermain dengan sangat baik. Ketika Kacak mengoper bola ke Midun, ia bisa mempertubi-tubikan sepaknya sampai sepuluh kali. Kacak sangat kesal melihatnya, ia pun menyombongkan diri bahwa ia lebih pandai dibandingkan dengan Midun. Saat Midun mengoper bola kepada Kacak, ia hendak melompat sambil menyepak raga. Tetapi, kaki kiri Kacak tergelincir dan akhirnya pun terjatuh. Para penonton hanya menahan tawa, mereka takut karena Kacak adalah kemenakan Tuan Laras. Kacak sebenarnya sangat malu dan menahan sakit. Disana akhirnya terjadi pertengkaran antara Kacak dan Midun. Midun tidak pernah membalas pukulan dari Kacak, yang Midun lakukan hanyalah menghindar dari tinjuannya. Berita mereka bertengkar pun menyebar dengan sangat cepat.
              Pada suatu hari, istri Kacak terjatuh kedalam sungai dan dia hampir terbawa arus. Pada saat itu, Midun yang sedang berada di dekat tempat kejadian langsung menyelamatkan orang itu. Namun pertolongan Midun tidak ditanggapi oleh Kacak, bahkan ia menuduh Midun akan memperkosa istrinya sehingga Kacak menantangnya untuk berkelahi. Akhirnya Midun yang memenangkan perkelahian itu. Kacak semakin dendam kepada Midun, ia pun mengadu kepada Tuannya Laras memfitnah bahwa Midun hendak memperkosa istrinya. Tuanku Laras percaya pada laporan Kacak, akhirnya Midun dihukum bekerja di rumah Tuanku Laras tanpa upah.
               Kacak ditugaskan Tuanku Laras untuk mengawasi Midun, Kacak menggunakan kesempatan ini untuk mencelakai Midun. Midun hanya bersikap sabar. Keberadaan Midun menjadi penghalang bagi Kacak untuk berbuat sesuka hati, ia tidak rela Midun masih ada di kampung mereka. Untuk melaksanakan niatnya, Kacak menyewa pembunuh bayaran bernama Lenggang. Usaha untuk melenyapkan Midun itu mereka laksanakan disaat perlombaan kuda di kampung itu. Sewaktu Midun dan Maun sedang menonton pacuan kuda itu, secara tiba-tiba diserang oleh Lenggang. Perkelahian pun terjadi, mereka kemudian ditangkap oleh tentara kompeni dengan tuduhan membuat huru-hara. Maun dinyatakan tidak bersalah dan Midun yang bersalah. Akhirnya Midun dan Lenggang dijatuhi hukuman penjara di Padang. Didalam penjara ia diperlakukan  tidak wajar dari sipir-sipir penjara. Berkat nasihat Gempa Alam sipir yang membawanya ke penjara itu, Midun akhirnya tabah menjalani cobaan hidupnya.
               Suatu hari Midun sedang melakukan pekerjaan sehari-harinya, ia sedang menyapu dibawah pohon kenari, ia menemukan seuntai kalung berlian. Ternyata kalung itu milik seorang gadis yang bernama Halimah, rumahnya tidak jauh dari penjara. Kalung itu pun dikembalikan oleh Midun ke rumah si gadis itu. Perkenalan Midun dan Halimah pun berlanjut. Halimah bercerita bahwa ia tinggal dengan ayah tirinya. Setelah Midun lepas dari hukuman penjara, Halimah meminta kepada Midun supaya melarikan diri dari rumah. Karena ia dipaksa oleh ayah tirinya seorang laki-laki Belanda yang sejak dahulu mengurus dirinya dan ibunya. Usaha Midun dibantu oleh Pak Karto (seorang dapur penjara) dan Midun membawa lari Halimah ke Bogor,  tempat ayah kandungnya.
                 Ayah Halimah sangat baik, dia sangat senang Midun bersedia tinggal bersama mereka. Midun merasa tidak enak selama tinggal dengan keluarganya Halimah karena ia hanya makan dan minum saja. Akhirnya Midun pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Dalam perjalanan ia berkenalan dengan saudagar Arab yang sebenarnya adalah seorang rentenir bernama Syekh Abdullah Al-Hadramut. Mengetahui maksud Midun pergi ke Jakarta, Syekh Abdullah memberi pinjaman uang untuk modal Midun berdagang. Dengan modal itulah, Midun memulai usahanya yang ternyata lambat-laun terus mengalami kemajuan. Berkat ketekunannya, usaha Midun berkembang pesat sehingga membuat syekh Arab itu iri. Ia pun menagih utang Midun dengan jumlah melebihi besarnya pinjaman Midun. Midun menolak karena hutangnya telah dihitung berlipat ganda. Gagal menagih Syekh menagih dengan cara lain, ia bersedia Midun tidak membayar hutang (dianggap lunas) jika Midun menyerahkan Halimah kepadanya. Tentu saja ini membuat Midun dan halimah marah. Akhirnya orang Arab itu mengadukannya ke Kompeni, dan Midun ditahan.                                                                                    Di hari Midun bebas, Midun jalan-jalan ke Pasar Baru. Disana Midun melihat seorang pribumi menyerang seorang Sinyo Belanda. Midun lansung menolong Sinyo Belanda. Sinyo Belanda itu sangat berterimakasih kepada Midun, dia mengenalkan Midun pada orangtuanya. Ternyata kemudian diketahui bahwa orang tua sinyo itu adalah Hoofscommissaris di Betawi. Dan sebagai tanda terima kasih, Midun ditawari kerja di sana sebagai sekretaris. Tak lama kemudian Midun melamar Halimah. Midun dipindahkan menjadi menteri kebijakan di Tanjung Priok. Ketika Midun sedang melaksanakan tugasnya ke Medan untuk melacak gerombolan pengedar opium, Midun bertemu dengan Manjau adiknya. Manjau memberitahu Midun bahwa ayahnya sudah meninggal, dan harta kekayaan peninggalan ayahnya sudah habis. Selain dipakai untuk kehidupan sehari-hari juga diambil oleh keponakan ayahnya yang merasa berhak mendapat waris. Kacak yang kini sudah menjadi Tuanku Laras menggantikan mamaknya, semakin menjadi-jadi. Manjau dan Miun kini sudah kawin dengan adik Midun selalu menjadi sasaran kekejaman Kacak. Sekembalinya ke Betawi, Midun mendatangi Hoofd-commissaris untuk mengutarakan keinginannya pindah ke Bukittinggi, dengan alasan ingin bekerja di tanah kelahirannya. Kantor itu pun mengijinkan. Kemudian Midun sekeluarga pindah ke Bukittinggi. Kebetulan Asisten Resident Bukit tinggi ia ditempatkan sebagai Asisten Demang di daerahnya. Tentu saja hal ini membuat kalang kabut Kacak musuhnya malu dan takut, kecurangannya menggelapkan uang negara terbongkar oleh Midun, akhirnya Kacak pergi meninggalkan kampungnya, dan tak pernah kembali lagi. Setelah berkumpul kembali dengan seluruh keluarga dan sahabatnya, mulailah Midun memerintah negeri ini dengan gelar Datuk Paduka Raja.

Kelebihan :

Novel ini sangat cocok untuk orang yang menyukai sastra lama
Novel ini sangat kental akan tradisi atau adat Minangkabau
Mengajarkan kita arti dari kesabaran dan hasil dari apa yang kita lakukan
Ada beberapa kutipan yang baik

Kelemahan :

Penggunaan bahasa melayu yang sulit dimengerti
Ada beberapa kalimat yang tidak dapat diartikan karena perpaduan bahasa melayu dan Minangkabau

Penilaian:

Novel ini direkomendasikan untuk yang suka membaca sastra lama, pesan moral dalam novel ini juga sangat banyak. Novel ini bisa dikonsumsi untuk remaja sampai dewasa.

Kamis, 08 Maret 2018

Puisi

Kagum

Melihat senyummu
Melihat tawamu
Melihat pesonamu
Semuanya membuatku berdebar

Aku melihatnya dari kejauhan
Tanpa diketahui oleh dirimu
Saat mata bertemu, gugup yang kurasa
Hanya senyum kecil yang terukir di bibirku

Sifat, bakat, cerdasmu yang aku kagumi
Aku akan mengingatnya sebagai kenangan indah
Kagum.. Itulah perasaanku saat ini

Puisi (2)

Curahan Hati Gelap malam menyelimuti.. Bintang bintang menyinari.. Alunan musik menyentuh hati.. Terbayang bayang kekasih hati.. Ma...